"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al Maa’idah - 8).
Seperti apapun orang yang sedang kita nilai, keadilan tidak boleh dilupakan. Walaupun terhadap orang yang tidak disukai, yakinlah kalau di balik keburukan sifat seorang mukmin, pasti ada kebaikan di sisi yang lain. Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang beriman agar senantiasa bersikap adil.
Ego manusia cenderung mengatakan kalau sayalah yang lebih benar dari yang lain, hal seperti inilah yang kerap membuat timbangan penilaian jadi tidak adil.
Kesalahan dan kekurangan orang lain begitu jelas, tapi kekurangan diri sendiri tidak pernah terlihat. Mungkin ada sebab yang membuat ia lalai, lengah, dalam keadaan tidak baik, emosi atau kehilangan kendali. Bahkan mungkin jika kita berada di posisi dan situasi yang sama, kita pun tidak lebih bagus dari orang yang kita nilai. Sehingga terjadi perselisihan dan prasangka yang mengakibatkan permusuhan atau tidak rukun.
[ads-post]
Kesalahan dan kekurangan orang lain begitu jelas, tapi kekurangan diri sendiri tidak pernah terlihat. Mungkin ada sebab yang membuat ia lalai, lengah, dalam keadaan tidak baik, emosi atau kehilangan kendali. Bahkan mungkin jika kita berada di posisi dan situasi yang sama, kita pun tidak lebih bagus dari orang yang kita nilai. Sehingga terjadi perselisihan dan prasangka yang mengakibatkan permusuhan atau tidak rukun.
Karena itu, lihatlah terlebih dahulu kekurangan dalam diri kita sebelum kita menilai kekurangan orang lain.
"Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya" (Al-Bukhari).
Dengan timbangan yang adil, maka penilaian kita bisa jadi proporsional. tidak serta-merta menilai bahwa orang itu pasti salah. Karena tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Kadang ada saja kekurangan. Boleh jadi ada yang bagus dalam penguasaan ilmu, tapi tidak mampu menguasai emosi dan mudah tersingung, indah dalam rupa, tapi ada kekurangan dalam gaya bicara, kuat di satu sisi, tapi lemah di sudut yang lain.
Dari situlah kita harus cermat mengukur timbangan penilaian terhadap seseorang. Apa kekurangan dan kesalahannya. Sebaiknya, sebelum kita memberi reaksi terhadap aib atau kesalahan orang lain, lihatlah dengan jujur seperti apa diri kita lebih baik atau lebih buruk? Apakah dengan menggunjingkan orang lain adalah sikap yang baik? Apabila ternyata kita lebih baik, maka bersyukurlah, namun jika ternyata kita lebih buruk, maka segera bertobatlah kepada Allah.
Allah Firman :
Dari situlah kita harus cermat mengukur timbangan penilaian terhadap seseorang. Apa kekurangan dan kesalahannya. Sebaiknya, sebelum kita memberi reaksi terhadap aib atau kesalahan orang lain, lihatlah dengan jujur seperti apa diri kita lebih baik atau lebih buruk? Apakah dengan menggunjingkan orang lain adalah sikap yang baik? Apabila ternyata kita lebih baik, maka bersyukurlah, namun jika ternyata kita lebih buruk, maka segera bertobatlah kepada Allah.
Allah Firman :
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang" (QS. Al Hujurat :12).